TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Didi Sumedi menyebutkan potensi ekspor alat kesehatan RI pada 2021 bisa menembus US$ 4,54 miliar atau setara dengan Rp 63,4 triliun. Potensi ini berasal dari surplus produksi industri dalam negeri.
Berdasarkan Dashboard Monitoring Alat Kesehatan (DMA), Didi mengatakan kapasitas produksi sampai Desember 2021 untuk alat pelindung diri (APD) coverall mencapai 356,41 juta helai, pakaian bedah (surgical gown) sebanyak 224,35 juta helai, dan masker bedah sebanyak 3,65 miliar helai.
Sementara itu, kebutuhan di dalam negeri sendiri masih berada di bawah produksi. Proyeksi data DMA memperlihatkan kebutuhan penanganan Covid-19 sampai Desember 2021 adalah 14,9 juta helai untuk APD coverall, 7,50 juta helai pakaian bedah, dan 176,60 juta masker bedah.
"Dengan surplus produksi dan asumsi harga APD coverall US$ 9,25 per helai, pakaian beda US$ 2,85 per helai dan masker beda US$ 0,22 per helai, maka potensi ekspornya mencapai US$ 4,54 miliar,” papar Didi kepada Bisnis.com, Minggu, 14 Februari 2021.
Potensi tersebut masing-masing berasal dari APD coverall dengan nilai US$ 3,16 miliar, pakaian bedah US$618,03 juta, dan masker bedah sekitar US$ 764,79 juta. Nilai ekspor ini cukup besar mengingat realisasi ekspor pada 2020 masih jauh dari potensi yang ada.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor pakaian pelindung medis (APD coverall) tahun lalu hanya mencapai US$ 2,47 juta, sementara pada pakaian bedah senilai US$ 20,29 juta. Adapun nilai ekspor masker pada tahun yang sama adalah US$ 75,19 juta untuk masker bedah dan US$ 74,09 juta untuk masker dari bahan nonwoven.